Debat Daring Paslon Presma: Tindak Lanjut Kampanye di Masa Pandemi

Situasi debat online Capresma dan Wapresma secara langsung
Dok. Pribadi

Menindaklanjuti Pemira yang telah tertunda karena masa pandemi, sistem kampanye daring jadi solusi untuk menyemarakkan pesta Demokrasi. Komisi Pemilihan Raya (KPR) bersama dengan Panitia Pelaksana Pemira (P3) telah menyelenggarakan Debat Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) dan Calon Wakil Presiden Mahasiswa (Cawapresma) secara daring pada Sabtu (18/07). Kegiatan debat ini dilakukan sebagai lanjutan masa kampanye dari masing-masing pasangan Capresma dan Cawapresma. Debat dilakukan secara langsung di Hall PKM baru Lt. II Polines dan disiarkan secara terbuka via Google Meet dan live Instagram.

Triyamah selaku koordinator acara KPR menerangkan tujuan diadakannya debat ini untuk mengetahui pola pikir dari para kandidat calon “Memperlihatkan problem solving dari setiap kandidat sehingga mahasiswa mempunyai pandangan terhadap calon yang akan dipilih,” jelas Triyamah. Berbeda dengan debat calon tetap anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), debat kali ini mewajibkan para pasangan calon (paslon) hadir langsung di Polines.

Mengenai sistematika debat, Triyamah menjelaskan bahwa debat dilakukan dengan sistem berpasangan dari kedua paslon. Hal tersebut dipilih karena untuk memudahkan Paslon dalam berkoordinasi dan menyampaikan pendapat. Debat dilaksanakan selama 6 putaran dengan terdiri dari 2 mosi. Putaran pertama yaitu pemaparan visi-misi serta program kerja dari kedua pasangan. Kemudian dilanjutkan putaran kedua dan ketiga, di mana masing-masing paslon akan menjawab pertanyaan seputar mosi.

Pada putaran keempat, yaitu sesi tanya jawab dari audience yang dibatasi untuk 3 pertanyaan. Putaran kelima sesi debat bebas, dimana kedua paslon memberikan pertanyaan satu sama lain dan saling menanggapi. Hingga pada putaran terakhir, masing-masing paslon diberikan kesempatan untuk menyampaikan pernyaataan penutup atau closing statement.

Euforia Debat

Audi Zacki selaku kandidat debat paslon nomor urut 2 mengatakan bahwa debat kali ini suasananya berbeda, mengingat sedikitnya tim pendukung di tempat debat. Senada dengan Audi, Feri Andrian sebagai pasangannya turut merasakan hal yang sama. Ia berpendapat bahwa debat luring nuansanya lebih terasa. “Di debat online ini, tidak ada tekanan dari audience, sehingga lebih bisa mengkondisikan keadaan,” ucap Feri. Ezyh Dzikron paslon nomor urut 1 juga berpendapat bahwa debat secara daring terasa lebih kondusif meskipun euforianya terasa kurang.

Kendala dan Kekurangan dalam Pelaksanaan

Jullia Diah selaku Sie. Perlengkapan dan Konsumsi P3 menuturkan bahwa tidak ada kendala signifikan yang dialami oleh seluruh kandidat debat. “Kendalanya lebih ke peminjaman alat dan perlengkapan yang digunakan selama debat berlangsung, karena harus meminjam dari pihak lain,” tuturnya.

Presiden Mahasiswa periode 2019/2020, Agus Fauzan juga turut memantau jalannya debat. Ia mengungkapkan adanya kekurangan dari segi teknis dan segi penyampaian paslon saat debat berlangsung. “Pelaksanaan debat dirasa terlalu cepat karena saat sesi tanya jawab dengan audience, tidak diberi kesempatan untuk menanggapi kembali jawaban para paslon. Sedangkan dari segi penyampaian, paslon harus lebih bisa memahami Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polines terutama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),” ungkapnya.

Fauzan berharap supaya paslon lebih bisa memanfaatkan masa kampanye agar dapat menarik mahasiswa dalam meramaikan demokrasi di Polines, serta bagi paslon yang terpilih diharapkan bisa menjalankan tugas lebih baik dari periode sebelumnya. “Saya punya harapan lebih, semoga bisa selalu lebih baik dari periode sebelumnya,” pungkas Fauzan.

(Rosita Galuh, Rif’atul Qonita)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai