Menelisik Upaya Pengabdian Komunitas Masyarakat Relawan Indonesia

Salah satu kegiatan Komunitas MRI.
Dok. Pribadi.

Berawal dari bencana tsunami di Aceh yang saat itu jumlah lembaga kemanusiaan masih sedikit, terbentuklah Aksi Cepat Tanggap (ACT) pada tahun 2005. Awal berdirinya ACT masih bersifat terbuka untuk semua kalangan karena belum adanya pengelolaan relawan. Dari inilah ACT berinisiatif untuk membentuk suatu lembaga kemanusiaan dimana saat itu Sumber Daya Manusia (SDM) sangat diperlukan untuk terjun ke lapangan. ACT juga membutuhkan dukungan untuk mengembangkan SDM dan terbentuklah komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI). MRI merupakan sebuah organisasi kerelawanan yang berdiri di Banjarmasin. MRI Semarang sendiri dibentuk secara mandiri sebagai MRI daerah mulai Februari 2018.

Sebelum berdiri sendiri, MRI Semarang bergabung menjadi satu dengan MRI Semarang Raya yang meliputi daerah Semarang, Kendal, Demak, dan Jepara. Terkait spesifikasi tanggal pembentukan MRI Semarang secara resmi tidak ada, yang ada hanya kepengurusan pertama yang diresmikan tanggal 30 Maret 2018. Izzudin selaku ketua MRI Semarang mengatakan tujuan dari pembentukan MRI sebagai pengelola SDM yang nantinya siap untuk terjun di lapangan dan sebagai implementasi program-program yang dibuat ACT. “ACT Jawa Tengah sebagai pembuat program sedangkan MRI Kota Semarang sebagai implementatornya,” jelas Izzudin.

Tahapan Menjadi Relawan MRI Semarang

Sebelum tergabung menjadi anggota MRI, calon relawan harus mengikuti open recruitment dan volunter class minimal dua kali dengan materi yang berbeda. Salah satu dari materi volunteer class yaitu penilaian (assesment). Materi ini semacam survei saat memberikan bantuan di daerah yang mengalami banjir. Sebelum melakukan kegiatan ini, calon relawan mempersiapkan dan mengumpulkan data yang kemudian akan dibentuk bantuan. Selain itu, ada pembekalan materi tentang fotografi yang nantinya digunakan sebagai pelaporan data kepada pihak pusat dan donatur. Apabila telah mengikuti semua tahapan tersebut calon relawan baru dapat dikatakan sebagai relawan yang siap terjun ke lapangan.

Mengenai materi volunteer class yang lain ada materi penyelamatan (rescue) dan mitigasi bencana. Di dalam materi rescue ini sebisa mungkin calon relawan mengetahui dan sudah paham dasar-dasar penyelamatan, seperti cara menolong orang yang terjebak di bencana dan cara membungkus jenazah tanpa anggota tubuh yang lengkap. Terkait volunteer class yang berbau medis diperbolehkan bagi siapa saja untuk mengikutinya, tetapi implementasinya dikhususkan untuk relawan yang masuk dalam kelompok medis. Sedangkan untuk program mitigasi bencana materinya tidak hanya disampaikan kepada relawan saja melainkan juga kepada masyarakat.

Partisipasi Pemerintah Terkait MRI Kota Semarang

Upaya pemerintah sebagai bentuk dukungan kepada MRI Kota Semarang, antara lain melalui kerja sama dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, pemerintah tidak memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan kepada MRI Kota Semarang, sehingga dalam menjalankan programnya MRI Kota Semarang menggunakan dana sendiri. “Pendanaan MRI masih bersifat mandiri atau kerja sama dengan pemerintah hanyalah sebatas koordinasi,” ungkap Izzudin. Program kegiatan yang dijalankan MRI Kota Semarang bahkan meraih penghargaan sebagai pemenang terbaik dan tercepat dalam menangani korban bencana dalam lingkup Jawa Tengah.

Dengan kehadiran MRI Kota Semarang diharapkan apabila terkena bencana masyarakat sudah siap untuk melakukan tindakan penanganan terhadap bencana tersebut. Namun dalam pengelolaannya MRI juga memiliki kendala, diantaranya pengelolaan SDM relawan yang berbeda dengan karyawan pada umumnya, apalagi dalam menyesuaikan waktu. Dalam menghadapi kendala tersebut, Izzudin mengungkapkan komunitas MRI Semarang harus fokus pada pengembangan SDM melalui pendekatan secara personal, dan pelatihan-pelatihan.

Selain itu masyarakat yang tergabung dalam MRI Kota Semarang merasa sudah merasakan manfaatnya mengikuti kegiatan MRI Semarang, “Baru bergabung selama 2 tahun sudah pandai berbicara di depan umum, lebih mengasah kemampuan leadership dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar mulai meningkat,” ungkap Fina salah satu anggota komunitas MRI Semarang.

Bunga, Aida (Kru magang)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai