Maaf itu Apa?
Banyak dari kita yang dewasa ini sudah memahami kata “maaf”. Tapi apakah kita sudah benar-benar paham? Atau “maaf” hanya sekadar kata yang telah biasa kita gunakan sehari-hari dengan mudahnya? Mari kita luangkan waktu sebentar untuk ikut merenungi pertanyaan tidak berbobot dari saya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “maaf” adalah pembebasan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan. Berarti maaf itu akan ada setelah ada suatu kesalahan di sekitar kita. Maaf ini seakan-akan memiliki kesaktian untuk mengeluarkan kita dari hukuman akan kesalahan kita. Bukan kah ini sakral? Satu kata ajaib yang bisa menyelamatkan hidup kita. Hebat!
Setelah tahu seberapa hebat kata ini lalu apakah dalam hidup kita ini kata sakti tersebut tetap kita obral dalam hidup kita? Selayaknya barang yang diobral berarti barang itu sudah tidak bernilai besar lagi atau secara singkat kita sebut saja tak bernilai. Sehingga kata “maaf” yang selama ini aku obral dalam hidupku itu tak bernilai. Sehingga kata “maaf” yang selama ini keluar dengan mudahnya dari mulutku tak pernah selaras dengan otak dan hati saya. Jadi selama ini otak dan hati saya telah mati. Semoga kalian para “Maha” dari siswa dan siswi tidak seperti saya. Hah!
Masalah sekarang bukan hanya banyak dari kita yang mengobral kata maaf. Tapi ada juga yang malu-malu dan takut untuk mengakui kesalahan. Mengapa ini terjadi? Apakah mulut, otak, dan hatinya juga masih tidak selaras? Betul, tapi rasa sudah besar, sudah hebat, dan sudah sangat mulia yang membuat saya tidak mau mengakui kesalahan lalu meminta maaf. Memang benar kita harus mengontrol diri kita untuk mengobral kata maaf dan memang benar untuk menghilangkan pemakluman dalam proses, tapi perasaan untuk tidak mau menjadi seseorang yang salah itu juga akan menghambat segalanya. Lho kok bisa seperti itu?
Sedikit saya mengutip dari seorang guru saya, “Jika kamu benar maka beranilah, tapi jika kamu salah maka beranilah meminta maaf”. Jadi mereka yang sudah tidak mau mengakui kesalahannya dan mempertebal iman mereka akan keberanian dirinya sendiri itu telah kehilangan keberanian. Mereka telah kehilangan fitrah mereka sebagai manusia serba salah. Mengagumkan!
Sebagai paragraf terakhir, saya (sengaja) ingin meminta maaf kepada bung dan sarinah yang (semoga) kecewa karena membaca tulisan saya ini. Kenapa sedikit sekali tulisan yang saya buat? Sebagai pemantik diskusi, tulisan saya ini tidak akan memuat hasil dari diskusi kelak dimana pun, kapan pun dan dengan siapa pun tulisan ini didiskusikan. Tulisan ini hanya akan menjadi pengingat masing-masing dari kita yang tetap ingin membaca dan merenungi apa saja yang telah dan akan kita lakukan. Alasan klise dari saya karena saya ingin meminta maaf kepada alam karena telah ikut membuang kertas untuk hal yang (semoga) tidak berguna ini. Semoga alam memafkan sehingga saya terbebas dari hukuman alam. Rahayu!
Ditulis oleh Ghaluh Faiz Muzakky, Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil kelas KG-3B.
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam