Inner Child : Salah Satu Alasan Perilaku Positif di Masa Sekarang

Sumber: pinterest.com

Oleh: Salma Dias Saraswati, M.Psi., Psikolog (Psikolog)
Penyunting : Ela Melianti (Kru Magang)

Sudah bukan hal asing istilah Inner child atau yang lebih dikenal dengan perilaku sisi anak pada diri seseorang. Perilaku ini dimiliki oleh setiap orang, hanya saja berbeda bentuk inner child di masing-masing orang. Ada yang inner child-nya sehat dan ada yang inner child-nya mengarah terluka. Bentuk Inner child di sini pun masih berupa spectrum, dalam artian memungkinkan seseorang tidak seratus persen ber-inner child terluka atau inner child sehat. Mengingat terkadang muncul sisi terlukanya atau sehatnya, sehingga sifatnya sangat variatif.

Bentuk inner child terluka biasa disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat atau akibat dari pengalaman di masa lalu. Seperti saat mengalami adanya pengabaian, kurangnya apresiasi, tekanan terlalu tinggi, dan kurangnya perhatian. Atau bahkan bisa juga disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang cukup signifikan. Misalnya, perceraian orang tua serta trauma yang terjadi di masa lalu. Untuk itu, diperlukan waktu untuk menyadari apakah diri kita memiliki inner child yang terluka atau tidak.

Selain itu, penting untuk memahami inner child itu sendiri. Hal ini dikarenakan apabila tidak memahaminya, kita akan terus berusaha untuk memenuhi apa yang inner child kita tidak dapatkan, hingga menghambat perkembangan ke depannya. Misalnya, jika dulu kita cenderung diabaikan oleh keluarga atau orang tua dan saat dewasa kita menjadi berusaha untuk mendapatkan perhatian semua orang, bahkan seringkali usaha kita menjadi tidak sehat untuk mendapatkannya. Dengan demikian, tanpa disadari kita cenderung tidak bisa memaksimalkan dan melakukan hal yang sehat untuk memenuhi inner child yang tidak kita dapatkan tersebut.

Banyak orang yang berpikir bahwa inner child selalu berstigma negatif. Namun dari pandangan saya, inner child tidak selalu berstigma negatif. Ketika lingkungan cukup baik dan orang-orang mampu memberikan apa yang diperlukan seperti support dan sebagainya, maka nantinya individu tersebut bisa tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia. Di sinilah kemudian Inner child yang ada nantinya akan berpengaruh ke perilaku dan kepribadian seseorang. Contohnya, inner child yang terluka karena dituntut oleh orang tua, seperti harus selalu menyenangkan orang lain, harus selalu bahagia dan tidak boleh terlihat sedih. Maka ke depannya kita akan belajar bahwa kita memang tidak boleh sedih dan harus selalu menyenangkan orang lain. Dengan demikian, perilaku positif dan negatif saat ini salah satunya mungkin tumbuh karena inner child.

Dampak yang terjadi ketika tidak bisa memahami inner child dengan baik, terlihat dari segi emosi yang menjadi tidak stabil, perilaku tidak sehat bahkan cenderung menyakiti orang lain atau diri sendiri. serta pola pikir yang salah. Oleh karena itu, dengan mengenali inner child yang dimiliki, akan membuat kita menjadi lebih berdamai dan melihat dari sisi lain dengan mengambil sebuah pelajaran. Untuk menyikapi inner child, perlu menyadari peristiwa apa saja yang terjadi di masa lalu. Kemudian mencoba mengekpresikannya, menyadari dan memahamkan diri di masa lalu, dalam artian kita tidak mempunyai pengetahuan apa-apa dan idak bisa melakukan apa-apa juga di masa lalu itu. Jadi ambil hal baik dan positifnya saja untuk saat ini.

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai