BEM, Badan Event organizer Mahasiswa?

Bela Jannahti
Mahasiswa Teknik Energi Semester III
Melihat realita yang terjadi akhir-akhir ini di kampus saya tercinta, membuat saya menjadi sedikit heran, bercampur geli mungkin. Bagaimana tidak, organisasi-organisasi mahasiswa kelimpungan karena jadwal kegiatan mereka yang amburadul. Niat awal BEM yang (mungkin) baik, yaitu mengatur segalanya dari pusat, namun ternyata malah membuat keadaan menjadi runyam. Tak hanya masalah jadwal ternyata, juga format proposal dan LPJ yang diganti sesuka hati oleh mereka, membuat beberapa teman saya menggerutu karena telah beberapa kali mengganti LPJ, namun masih saja direvisi.
Setahu saya, BEM merupakan singkatan dari Badan Eksekutif Mahasiswa. Eksekutif dalam arti luas yaitu lembaga yang menjalankan roda pemerintahan, atau melaksanakan undang-undang. Dalam lingkup kita sebagai mahasiswa, BEM dapat dikatakan memiliki fungsi sebagai wadah bagi seluruh mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan, bakat, serta ilmu yang mungkin belum didapat di bangku kelas. BEM menaungi berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa Jurusan, yang olehnya wajib dilakukan koordinasi demi sinkronnya kegiatan ekstra maupun intra bagi mahasiswa. Koordinasi yang baik tak akan menimbulkan berbagai masalah yang cukup runyam tentunya.
Atau memang BEM di kampus saya tercinta ini dirancang untuk hanya mengadakan event dan event, mengatur jadwal acara dan sebagainya? Oh, ternyata tak hanya di kampus saya. Iseng-iseng bertanya pada kawan-kawan mahasiswa di kampus lain, kebanyakan juga berpendapat bahwa BEM di kampusnya sekadar menjadi event organizerSaya jadi teringat akan salah satu kegiatan yang diadakan kira-kira setahun yang lalu di Bandungan. Kami, perwakilan ormawa-ormawa, menginap di hotel selama 3 hari 2 malam yang tentunya tak murah. Saat sebelum berangkat, saya berpikir, tak mungkin ini acara biasa-biasa saja kalau harus jauh-jauh dan dengan biaya mahal menuju ke Bandungan. Saya yang waktu itu masih berstatus maba (mahasiswa baru) dan notabene belum begitu paham akan birokrasi kampus bertanya-tanya sebenarnya apa yang akan dilakukan di Bandungan nanti. Beberapa orang yang saya tanya menjawab sama, “kita itu dapet duit dari Dikti dek, brapa juta gitu, banyak pokoknya, buat ngadain kegiatan pengembangan ormawa. Dan kalau ga habis nanti dikembalikan ke Dikti. Jadi daripada dibalikin ya mending kita pake.” Gubrak gubrak dalam hati rasanya.
“Kenapa ga dipake aja buat perbaikan fasilitas di ormawa-ormawa? Kita kan lebih butuh itu.”
“Mmm, katanya sih disuruhnya buat kegiatan gitu, event.”
“Ooh,” balas saya sambil mringis. Miris.
Rapat event yang sampai sekarang belum ada follow up nya tersebut tentu tak terlupakan bagi saya. Rapat yang selalu diselingi dengan coffee break, ditambah outbond yang dipandu oleh outbond organizer yang cukup terkenal, tentu tak sedikit biaya untuk itu. Kalau diuangkan, bisa untuk membeli beberapa buah printer tentunya, atau mungkin mesin percetakan. Itu baru biaya rapat, belum untuk pelaksanaan kegiatan hasil rapat tersebut, yang sampai saat ini tak tahu akan terlaksana kapan.
Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *