Lagi, Aksi Maba Mesin Tolak Mizone Berstiker

Maba Jurusan Teknik Mesin yang berusaha maju untuk menyampaikan aspirasi. Doc: Fariza

Polines, DIMENSI (30/8) – Pertanyakan fungsi Aqua dan Mizone berstiker, mahasiswa baru (maba) jurusan Teknik Mesin melakukan aksi dengan keluar dari barisan membentuk barisan baru di depan barisan para maba sebelum apel pagi dimulai. Aksi tersebut sempat mengganggu jadwal acara Wawasan Almamater dan Orientasi Akademik (WaRNA) hari kedua pada Selasa (29/8). Diduga, aksi maba mesin telah direncanakan bersama anggota Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM).

“Jelas sudah direncanakan dari kemarin. Kemarin HMM sudah kelihatan tanda- tandanya. Dari tahun-tahun sebelumnya juga biasa terjadi dihari kedua. Mereka seperti itu karena ingin diperhatikan saja,” kata Bambang Eko Sumarsono selaku Person in Charge (PIC) WaRNA tahun 2017.

Berbeda dengan Bambang, menurut keterangan Eko Budiyanto selaku Ketua HMM, aksi maba mesin itu inisiatif  dari maba. Menurutnya, penyebab utama aksi tersebut akibat keberatan untuk membeli Aqua dan Mizone berstiker dari sebagian besar maba mesin. “Ya, mereka inginnya membeli dan membawa minuman sendiri,” jelasnya.

Menurut keterangan salah satu maba mesin bernama Anindia Pertiwi, sebelum aksi sudah ada pengarahan aksi di sebuah grup percakapan daring yang berisi maba mesin dan kakak tingkat. “Di grup saya dengan kakak tingkat sudah dibahas sebelumnya. Apabila besok stiker benar-benar tidak dicek maka protes dilakukan,” ungkapnya. Eko Budiyanto juga membenarkan bahwa dirinya dan HMM sudah mengetahui akan ada aksi maba mesin sebelum hari-H.

Perihal aksi tersebut, dilakukan dialog dan advokasi untuk mencapai jalan keluar. Telah dibahas duduk perkara bertempat di Gedung Sekolah Satu lantai I ruang 109 bersama delapan perwakilan maba mesin, Ketua HMM, perwakilan  Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Presiden Mahasiswa, Ketua Pelaksana WaRNA, Pembina HMM, PIC WaRNA, dan Wakil Direktur III.

Ketika ditanya mengenai alasan dilakukannya aksi, Eko Mulyono selaku Ketua BPM mengatakan bahwa para maba mesin merasa terdapat monopoli dagang dalam penyediaan Aqua dan Mizone berstiker dalam kegiatan WaRNA. Penyebab lainnya juga diterangkan oleh salah satu maba mesin bernama Ahnaf Abimanyu yang mengatakan bahwa  saat hari H tidak dilakukan pemeriksaan terhadap Aqua dan Mizone berstiker. “Tidak ada instruksi untuk pemeriksaan. Sayang uangnya, apalagi buat orang-orang yang tidak mampu membeli. Itu uang yang tidak sedikit bagi anak kos,” terangnya.

Menangapi hal tersebut, Aminnullah Ibrahim selaku Ketua Pelaksana WaRNA mengatakan bahwa sebenarnya pada hari pertama WaRNA sudah dilakukan pemeriksaan oleh pendamping, hanya saja mungkin tidak semua pendamping melaksanakannya.

Sementara itu, Anindia Pertiwi mengatakan bahwa kedua perlengkapan itu tidaklah penting. “Ada anak kos sampai tidak makan karena digunakan membeli Mizone. Sebenarnya sebelum gladi bersih sudah ada jalur diplomasi dari maba yang kebanyakan anak kos datang  ke BEM, tapi tidak ditanggapi. Malah BEM mengalihkan ke topik lain. Akhirnya secara paksa terjadi aksi seperti tadi,” ungkapnya.

Beberapa pihak menyayangkan cara maba mesin dalam menyampaikan aspirasinya. “Setiap aksi ada aturannya. Seharusnya ada koordinasi atau ijin terlebih dahulu untuk melakukan aksi tersebut,” ujar Aminnulah.

Selain itu, Presiden Mahasiswa, M. Buyung Aji Saputro menilai aksi maba mesin tidak sesuai aturan. “Aksi tadi jelas melanggar Undang-Undang tentang aksi dan undang-undang kepanitiaan, yaitu melaksanakan kegiatan di luar arahan panitia,” kata Buyung.

Jika terbukti benar ada provokasi dari HMM, maka konsekuensi terburuk adalah penghentian semua kegiatan HMM. “Jika HMM ingin berjalan sendiri ya silahkan. Nantinya semua fasilitas yang dulu didapat tidak akan diberikan lagi,” kata Eko Mulyono.

Sebenarnya fungsi Aqua dan Mizone berstiker untuk menghindari maba membawa minuman terlarang. “Aqua dan Mizone sebenarnya untuk kebutuhan maba sendiri, ketika misal acara di Ruang Serba Guna dan mereka haus tinggal ambil dari tasnya,” jelas Aminnullah.

Sementara itu, Nur Chasanah selaku Ketua.Koperasi Mahasiswa Bahtera Manunggal (KOPMA) memberikan keterangan bahwa KOPMA sebenarnya hanya sebagai fasilitator antara panitia WaRNA dan Danone. “Panitia WaRNA tidak bisa melakukan perjanjian pembelian dengan Danone secara langsung. Maka dari itu, KOPMA yang menjadi perantara karena kami memiliki ID Customer,” jelasnya.

Selain itu, Nur juga memberikan keterangan mengenai bagi hasil atas penjualan Aqua dan Mizone berstiker. “Pembagian keuntungan dengan panitia WaRNA adalah 40 persen dan 60 persen yang nantinya akan dibagi sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU)  kepada mahasiswa sendiri. Jika dinominalkan 40 persen yang kami dapat itu sekitar Rp 1.985.000,” kata Nur. (Aprily)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

2 Respon

  1. hamba allah berkata:

    Halah mben taun maba mesin kan yo ngene? disetting, jelas.

Tinggalkan Balasan ke hamba allah Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *